Senin, 12 Desember 2011

Krisis Keuangan Global

Sistem kapitalisme global kembali menemui konteks falsifikasinya (pencarian kelemahan-red) saat ini. Ekonomi global kembali terguncang. Nilai tukar berbagai mata uang rontok dalam sekejap. Banyak pihak memperkirakan, kalau sejumlah penerima pinjaman bank bahkan akan bunuh diri karena tak mampu mengembalikan bunganya.
Bank-bank panik, banyak nasabah menarik dana besar-besaran. Pemerintah berbagai negara sibuk mencari jalan agar sektor perbankan tak bangkrut. Pertumbuhan ekonomi global bakal melambat. Periode booming dalam ilmu ekonomi sepertinya sudah berakhir dan sekarang menuju ke busted. Pertumbuhan lapangan kerja semakin sulit. Pencari kerja menumpuk, tak peduli lulusan dari sekolah manapun. Laju masyarakat miskin bisa lebih cepat dari deret ukur. Persoalan kelaparan dan gizi buruk bakal terjadi di mana-mana.

Falsifikasi sistem kapitalisme global bukan baru sekali atau dua kali terjadi. Sebaliknya, sejak sistem tersebut muncul, konteks falsifikasi selalu ada. Namun, sering diabaikan terutama oleh karena kuatnya dukungan liberalisme pasar. Falsifikasi terdekat dan besar terjadi tahun 1997, krisis keuangan yang melanda negara-negara Asia yang dampaknya masih ada hingga saat ini. Bermula dari Thailand dan dengan cepat merambat ke negara-negara Asia lainnya, hingga Eropa Timur dan Amerika Latin.

Jika tahun 1997, krisis bermula dari negara periferi (dunia ketiga) dan menghajar sebagian negara kelas dua, sebaliknya sekarang justru berawal dari pusat sistem itu sendiri, Amerika Serikat dan Eropa. Perusahaan sekelas Merryl Lynch, Goldman Sachs, Northern Rock,UBS, Mitsubishi UFJ di AS harus gulung tikar. Pertanyaannya, ada apa dengan sistem kapitalisme global yang berjalan di pusatnya sendiri?

Presiden Bush dengan kekuatan teknologi alat-alat perangnya memang mampu mendeteksi keberadaan Presiden Irak Sadam Hussein dan mengisolasi Presiden Kuba Fidel Castro hingga tak bisa keluar dari negaranya. Namun, Bush dengan sejumlah peralatan canggihnya itu, tak mampu menangkap apa keinginan sistem kapitalisme global.
Bagaimanapun sistem kapitalisme bagai bidadari yang dibenci tetapi sekaligus sangat dicintai oleh siapa saja. Negara periferi yang kerap jadi korbannya sekalipun masih menganggapnya sebagai sistem terbaik. Ia tetap dianggap paling baik dari sejumlah pilihan sistem ekonomi dunia yang ada saat ini.

Menurut pialang kondang George Soros, sistem kapitalisme global sama halnya dengan sistem demokrasi perwakilan. Bahwa kemudian ada cacat yang melekat di dalamnya, itu sebuah konsekuensi yang harus disadari sejak awal.

Kesadaran itu muncul karena tidak ada negara yang terpisah dari negara lainnya saat ini. Sistem kapitalis merupakan rangka penggabung negara-negara saat ini. Semua negara karena pasar global saling tergantung satu dengan yang lain. Karena itu, konteks falsifikasi sistem kapitalisme global saat ini bisa jadi momentum perbaikan. Secara teoritis-epistemologis krisis keuangan ekonomi AS dan Eropa saat ini adalah penguatan kembali atau koroborasi atas sistem itu. Tak mungkin sistem itu dibuang, tetapi yang dilakukan adalah menyadari kelemahannya untuk kemudian diperbaiki lagi.

Jadi, sistem kapitalisme global memang pahit dan getir. Menggerus dan menguras yang lemah. Tetapi, tetap dicintai karena kita membutuhkannya.
Krisis yang timbul karenanya bukan untuk memaksa sistem dienyahkan tetapi yang bakal terjadi adalah penguatan. Seperti apa hasil penguatan saat ini, tentu masih harus menunggu momen falsifikasi berikutnya.
http://panduanmarketiva.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar